Kamis, 31 Januari 2013


Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan.

Terdapat tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni :

1. ERAU TEPONG TAWAR, yaitu erau adat yang dilaksanakan oleh kerabat keraton pada waktu tertentu berdasarkan keinginan (hajat) terhadap suatu pekerjaan. Dalam pelaksanaan ini Raja bergerak bebas artinya tidak melakukan batsan tertentu yang disebut “TUHING”

2. ERAU PELAS TAHUN, yaitu erau adat yang dilaksanakan oleh kerabat keraton berhubungan dengan aktifitas kehidupan rakyat yang bertujuan untuk membersihkan segala macam hal yang mengganggu sumber – sumber kehidupan di permukaan bumi dalam suatu wilayah kerajaan.

3. ERAU BEREDAR DI KUTAI, yakni erau adat yang dilaksanakan oleh kerabat keraton dengan yang di ERAU kan adalah raja, yang ditandai dengan prosesi “Mendirikan Ayu” dan diakhiri dengan prosesi “Merebahkan Ayu”

Subyek yang melaksanakan ERAU ADAT adalah kerabat keraton, bahwa yang di ERAU kan adalah Raja, sedangkan yang ERAU adalah rakyat. ERAU dimulai dengan “MENDIRIKAN AYU” dan diakhiri dengan “MEREBAHKAN AYU”.

Prosesi ERAU

Adapun tahapan dalam melaksanakan upacara Erau adalah sebagai berikut :

I. PRA ERAU

Sebelum Upacara Tradisi Erau dilaksanakan telah dilakukan beberapa ritual pendahuluan sebagai upaya untuk membuka komunikasi kepada alam gaib yang diyakini ada dan dapat saling memberikan manfaat dalam kehidupan nyata.

Adapun Tahapan – Tahapan PRA ERAU adalah sebagai berikut :

1. BESAWAI PEMBERITAHUAN

Besawai merupakan proses komunikasi terhadap hal – hal yang tidak nyata atau gaib. Besawai ini ditujukan kepada segenap penghuni negeri yang akan mengadakan upacara tradisi ERAU yang dilakukan sesepuh atau yang dituakan dan mengerti tentang hal – hal gaib untuk diberitahu dan diundang secara menyeluruh.



2. BELULUH AWAL

Beluluh adalah prosesi ritual yang dilakukan oleh Dewa dan Belian terhadap Raja/Sultan/Putra Mahkota guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang yang beruwujud maupun tak berwujud. Prosesi ini dilaksanakan sebagai pertanda dimulainya prosesi ERAU. Beluluh dilaksanakan pada permulaan / awal sebelum Erau dimulai, dan setiap hari saat matahari turun selama prosesi Erau dilaksanakan.



Beluluh :



 Erau - Beluluh








Beluluh malam:


 Erau - Beluluh Malam





3. MENJAMU BENUA


Prosesi Menjamu Benua pada upacara Erau adalah prosesi memanggil atau memberitahu mahluk halus yang dialkukan oleh Dewa (orang yang ditunjuk untuk melakukan prosesi adat ritual ). Prosesi ini dilaksanakan setelah Dewa menghadap sultan untuk mendapat restu, dan kemudian menuju ke KEPALA BENUA yang berda di bagian hulu kota Tenggarong, yang bertempat di Tanah Habang di Kelurahan Mangkurawang dengan diiringi tabuhan gamelan dan gendang.



Menjamu Benua :



 Erau - menjamu benua








4. MERANGIN

Ritual merangin dilaksanakan di serapo belian selama tiga malam berturut – turut setelah siang harinya dilaksanakan Prosesi Menjamu Benua. Merangin merupakan ritual yang dilakukan dengan tarian yang dilakukan oleh belian dengan mengelilingi Benyawan (rumba) sambil memegang tali – tali yang ada di benyawan.



Merangin :


 Erau - merangin







Erau - merangin









5. NGALAK AIR DI KUTAI LAMA

Ngalak atau dalam bahasa Indonesia mengambil yakni proses air di Kutai Lama di Tepian Batu dan dimasukkan ke dalam Guci (Kutai:Molo) untuk dibawa ke Tenggarong sebagai perlengkapan bahan untuk ritual Mendirikan Ayu dan diletakkan di bawah Sangkoh Piatu. Dalam perjalanan menuju Kutai Lama terdapat 5 tempat yang harus disinggahi untuk meminta ijin dan tuah dan sekaligus pemberitahuan akan dilaksanakannya Erau. Di tempat tersebut dilakukan ritual Besawai dan Melaboh Tigu (proses buang telor)




6. NGATUR DAHAR

Ngatur Dahar dilaksanakan pada malam hari setelah siangnya utusan Dewa Belian Ngalak Air Kutai Lama di Kutai Lama (Tepian Batu) dan pada malam ini masuk ke ritual Merangin malam ketiga.




II. 2 ERAU

1. MENDIRIKAN AYU

Sehidang Jalik dihamparkan dan diatasnya dihiasi Tambak Karang dengan motif naga biasa dan naga kurap sera seluang mas berwarna-warni, pada Tambak Karang ini terdapat 4 ekor naga yang masing-masing menghadap 4 sudut luar dan di bagian tengah bermotif taman, sedangkan bagian lainnya terisi dengan seluang mas.



Mendirikan Ayu :


Erau - mendirikan tiang ayu





Erau - mendirikan tiang ayu





2. BEPELAS

Selesai Merangin oleh Dewa dan Belian di Serapo Belian langsung menuju keraton/istna dan berputar-putar 7 kali di area Bepelas, kemudian duduk bersila berjajar, dewa sebelah kanan dan Belian sebelah kiri dipimpin oleh Pawang menghaturkan sembah hormat.

Pada Bepelas ini, terdapat tampilan tari Selendang, tari Kipas, tari Memuja Panah, prosesi Sultan meniti dan menginjak Batu Tijakan, Tari Saong Manok, Tari Kanjar Bini, dan Tari Kanjar Laki.



Bepelas (Tari Kipas)


bepelas - tari kipas






Bepelas (Tari Memuja Panah)


bepelas - tari memuja panah






Bepelas (Sultan meniti dan menginjak Batu Tijakan)


bepelas - batu tijakan






Bepelas (Tari Kanjar Bini)


bepelas - kanjar bini






Bepelas (Tari Kanjar Laki)


 bepelas - kanjar laki






3. MENYISIKI LEMBU SUANA

Di atas sebidang “Jalik” tertata “Tambak Karang” yang bermotif Lembu Suana. Pembuatan Lembu Suana ini dari bahan beras yang berwarna-warni sebanyak 37 warna, dan terlihat sangat tegas dan seakan-akan hidup.

Dimulai para kerabat, berdiri bangkit dari duduk bersilanya untuk menghampiri dan mengelilingi “Tambak Karang Lembu Suana” dan tiap orang meletakkan mata uang kertas maupun logam ke bagian-bagian tubuh yaitu ke bagian kepala yang bermahkota, bagian belalai, bagian tubuh, kaki, taji, ekor, sayap dan sisik dengan menghatur “niat” masing-masing terhadap pemaknaan dari simbol-simbol dalam diri/wujud “Lembu Suana”.

Setelah semuanya tidak ada lagi yang melakukan “taruh uang” maka DEMONG dengan para pembantunya mengangkat sebidang tempat persegi empat diatas duplikat “Lembu Suana” tersebut sambil menggoyang tutup segi empat dibagikan atas kepala,  dan di bagian bawah, hamparan uang kertas dan logam dikumpulkan pada satu wadah/tempat yang kelak akan diserahkan untuk para pengabdi ritual seperti Dewa dan Belian.




4. DEWA BELIAN MENJALA

Dewa laki bangkit dari duduknya sambil menyeret perahu/biduk/gubang berwarna kuning mengelilingi area Tambak Karang. Sedangkan Dewa bini menghamparkan kain kuning panjang, juga berkeliling.

Para hadirin dan kerabat melemparkan/memasukkan uang logam dan kertas ke dalam perahu/biduk di atas kain kuning panjang hingga menumpuk. Prosesi ini menggambarkan mencari ikan dengan menggunakan perahu, jala, dan mendapatkan hasil untuk kehidupan sehari-hari. Lebih jauh melambangkan tradisi gotong royong untuk saling membantu.




5. DEWA MENUNJUK BUAH KAMAL

Di atas kepala para hadirin terbentang tali-tali yang memanjang dan terikat kuat, dengan jarak-jarak tertentu bergelantungan kue-kue kampung yang dibuat dalam kantongan plastik. Hal ini menggambarkan bahwa pohon yangberbuah Bawal/Kamal adalah pohon yang dapat memberikan kehidupandengan menghasilkan buah-buahan yang siap makan. Para dewa mengambil sepotong kayu sebagai galah untuk memetik dan menggugurkan buah-buah tersebut.




6 . SELUANG MUDIK

Para hadirin berdiri dan dimulai oleh kerabat kesultanan untuk menarikan Tari Kanjur dan diikuti oleh hadirin dengan formasi beberapa lapis saling berlawanan arah yang melambangkan kehidupan hewan air yaitu “Ikan Seluang” yang ada di Sungai Mahakam.



Seluang Mudik


erau - seluang mudik






Hambur Beras di Seluang Mudik


erau - seluang mudik







7. NGULUR NAGA

Dua replika Naga yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kepala terbuat dari kayu yang diukir mirip kepala naga dan dihiasi sisik-sisik warna-warni di atas kepala terpasang ketopong (mahkota), di bagian leher terdapat kalung yang dihiasi kain ber-rumbai warna-warni.

Bagian leher yang berkalung disambungkan ke bagian badan yang terbuat dari rotan dan bambu, dan dibungkus dengan kain kuning. Pada kain kuning ini disusun sisik-sisik yang berwarna warni mirip sisik ular besar. Bagian badannya terdapat lekuk-lekuk (luk) sebanyak 5 luk seakan-akan seekor Naga yang siap berjalan ke arah tujuannya. Bagian ekor terbuat dari kayu yang telah diukir menyerupai seekor naga.

Selama tujuh hari tujuh malam dua ekor Naga ini telah disemayamkan di bagian serambi kanan keraton untuk Naga Laki dan serambi kiri untuk Naga Bini dan bagian bawah sekitar dada ditaruh/ditempatkan masing-masing Peduduk lengkap dengan isinya.

Di hadapan serambi kiri kanan tempat Naga bersemayam terdapat Titian disebut Rangga Titi tempat Naga diturunkan yang dihampari kain kuning untuk menuju ke sungai, sebelum Naga diturunkan dari persemayamannya ada prosesi persembahan oleh Dewa Belian memberi jamuan dan Besawai bahwa Naga akan diturunkan.



Ngulur Naga



erau - ngulur naga







8. BEUMBAN

Saat Naga diluncurkan menuju Kutai Lama, maka di keraton dilakukan upacara “Beumban” untuk Sultan/Raja yang dilakukan oleh Juri’at keturunan yang lebih tua walaupun dari segi umur masih muda di lingkungan kerabat.




9. BEGOROK

Naga masih dalam perjalanan ke Kutai Lama dan Beumban telah dilakukan baru dilanjutkan dengan upacara Begorok, juga dilakukan di dalam Keraton/Istana.




10. RANGGA TITI

Dari Istana/Keraton turun menuju tepi Sungai Mahakam (pelabuhan) yang didampingi oleh para kerabat, sesampainya di pelabuhan yang telah tersedia Balai, Sultan langsung duduk di atas Balai menghadap ke Sungai Mahakam (Timur) yang diapit oleh 7 orang Pangkon laki dan 7 orang Pangkon bini




11. BELIMBUR

Dengan dipercikkannya Air Tuli oleh Sultan kepada sekalian hadirin, maka seluruh masyarakat baik di tempat acara, di sepanjang jalan, gang, dari kota hingga ke desa melakukan siram-siraman air (Belimbur). Terlihat tua-muda, laki-bini basah kuyup menerima siraman air, kecuali orang tua atau ibu/bapak yang membawa anak kecik dibawah umur dilindungi dan tidak boleh disiram.



Belimbur


erau - belimbur



13. BEGELAR

Merupakan prosesi pemberian penghargaan kepada siapapun yang telah berjasa dalam mendukung, mempertahankan, dan mengembangkan adat budaya di lingkungan administratif Kesultanan Kutai Kartanegara yang dilaksanakan tiap tahun dan dipublikasikan/dinyatakan dalam acara resmi kerabat keraton untuk mengetahuinya.




14. MEREBAHKAN AYU

Pangkon Luar yang semula bertugas dibagian luar telah bergabung masuk ke dalam istana dan duduk bersila di sebela Pangkon Dalam. Sultan dan kerabat duduk berjejer menghadap ke tiang ayu yang dikelilingi oleh Dewa dan Belian.



Merebahkan Ayu :


 erau - merebahkan tiang ayu


erau - merebahkan tiang ayu
Festival Seni Tradisi Kutai dilaksanakan pada bulan Maret yang diikuti oleh desa-desa budaya yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tempat pelaksanaan festival bergilirin antar desa budaya. Pertunjukkan seni tradisi yang ditampilkan beragam mulai dari tarian, musik maupun upacara adat masyarakat dayak, drama tradisional kutai yang dikenal dengan Mamanda.









Festival erau dilaksanakan setiap Bulan Juli. event ini sudah menjadi agenda nasional yang dilaksanakan setiap tahun di Kota Tenggarong. Acara - acara yang dilaksanakan berupa upacara - upacara adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, pertunjukan seni dan budaya dari berbagai daerah, lomba olahraga tradisional, lomba perahu naga, lomba perahu motor, expo dan pesta rakyat. Festival Seni Tradisi Internasional yang diikuti oleh 10 negara akan dilaksanakan bersamaan dengan Festival Erau mulai tanggal 30 Juni s/d 7 Jul 2013.



 











1. Hadrah,
Merupakan kesenian islam yang ditampilkan dengan iring-iringan rebana/terbang (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, yang disertai dengan gerak tari. Terdiri dari 2 kelompok, kelompok penabuh hadrah dan kelompok yang melantunkan syair berjanji. Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang berangkat haji, hari-hari besar islam dan lain sebagainya.

2. Mamanda,
Mamanda merupakan seni panggung (teater), kesenian klasik Melayu (setengah musical/opera) dengan menggunakan instrument Biola dan Gendang. Tema cerita yang dibawakan biasanya tentang kisah para raja.

3. Tari Baraga Bagantar,
Awalnya Baraga Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

4. Tari Belian Bawo,
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

5. Tari Datun,
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

6. Tari Ganjar Ganjur,
Tarian ini adalah tarian tradisi asli Kutai Kartanegara yang biasanya ditarikan hanya pada upacara-upacara besar yang dilaksanakan oleh kerabat seperti : Upacara Penyambutan Tamu-Tamu Agung. Upacara Adat ERAU, Upacara Adat Penambalan Sultan Kutai Kartanegara dan lain-lain.

7. Tari Gantar,
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

8. Tari Hudoq,
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

9. Tari Jepen Eroh,
Tari Jepen Eroh adalah tari garapan yang tidak meninggalkan gerak ragam aslinya, yang disebut ragam penghormatan, ragam gelombang, ragam samba setangan, ragam samba penuh, ragam gengsot, ragam anak, dan lain-lain. Eroh dalam bahasa Kutai berarti ramai, riuh dan gembira. Oleh sebab itu, penataan Tari Jepen Eroh ini penuh dengan gerak-gerak yang dinamis dan penuh unsure kebahagiaan.

10. Tari Kancet Lasan,
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

11. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Kancet Ledo menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

12. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan perlatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

13. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

14. Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.

19.Tari Mempang Bekawat,
Tari Mempang Bekawat adalah sebuah tari garapan dengan tidak meningglakan keaslian gerak dasar tari ini, yaitu Tari Berlian, Tari Ngelawai dan Tari Gantar yang berasal dari Suku Dayak Benuaq Tunjung yang hidup dan berkembang di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Rabu, 23 Januari 2013

Sejarah SMKN 1 TGR

Sejarah

SMK Negeri 1 Tenggarong bermula dari sebuah sekolah negeri yaitu Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) yang didirikan pada tahun 1979, di mana sekolah inilah yang menjadi cikal bakal SMK Negeri 1 Tenggarong. Pada awal berdirinya sekolah ini beralamatkan di Jalan Ki Hajar Dewantara Tenggarong. Pada tahun 1994 sekolah ini pindah ke Jalan Ahmad Dahlan, Kelurahan Baru Tenggarong, hingga saat ini.

Berdasarkan SK No. 610/B.II/Kedj/197 SMEA Negeri Tenggarong di bawah kepemimpinan Bapak Drs. HP Siregar, di mana pada saat itu mempunyai dua rumpun yaitu Rumpun Perniagaan dengan Program Studi Tata Niaga dan Rumpun Tata Buku dengan Program Studi Akuntansi.

Kemudian pada tahun 1985 pimpinan SMEA ini digantikan oleh Bapak Drs. Sunardi, dilanjutkan oleh Bapak Drs. M. Arifin. Pada saat kepemimpinan Bapak Drs. Arifin, sekolah ini mempunyai 3 (tiga) rumpun yaitu Rumpun Keuangan dengan Program Studi Akuntansi, Rumpun Perkantoran dengan Program studi Ketatausahaan, dan Rumpun Perdagangan dengan Program Studi Manajemen Pemasaran.

Mulai tanggal 1 Maret tahun 1998 pimpinan SMEA digantikan oleh Bapak Drs. Syafruddin AK. Kepemimpinan Beliau berlangsung sampai dengan 22 Desember 1999. Mulai tanggal 23 Desember 1999 kepala SMEA Negeri Tenggarong dijabat oleh Bapak Drs. Sudaryono, hingga tanggal 21 Desember 2006. Pada saat kepemimpinan Beliau SMEA Negeri Tenggarong berganti nama menjadi SMK Negeri 1 Tenggarong.

Mulai tanggal 22 Desember 2006 Kepala SMK Negeri 1 Tenggarong dijabat oleh Bapak Sukiran HF, S.Pd. hingga tanggal 3 Juni 2009. Pada saat kepemimpinan Beliau SMK Negeri 1 Tenggarong menambah satu program keahlian yaitu Teknik Komputer Jaringan.

Mulai tanggal 4 Juni 2009 Kepala SMK Negeri 1 Tenggarong dijabat oleh Bapak Sunarno, S. Pd, M. Pd. hingga saat ini. Adapun program keahlian yang dimiliki hingga saat ini adalah Bidang Studi Keahlian Bisnis dan Manajemen dengan Kompetensi Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan Penjualan/Marketing serta Bidang Studi Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.